ثلاث كيفيات فيما تتعلق بصيام ثلاثة أيام من كل شهر:
Ada Tiga Cara Yang dikerjakan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.dalam
Mengamalkan Puasa Tiga Hari Setiap Bulannya. Sehingga Terserah Anda,
mana yang anda pilih, Ayyamul Bidh?, Atau 3 Hari di Awal Bulan?, Atau 3 Hari Tanpa
Anda Tentukan. Sesuai Kemampuan Anda Dan Waktu Luang Yang Anda Miliki.
كيفية الأولى : أيام البيض:
Cara 1
(Ayyamul Bidh (13, 14, 15))
1.
Dari
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ
الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ
Artinya:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul bidh ketika muqim (tidak bepergian( maupun ketika bersafar (bepergian).”[HR.
An Nasai no. 2345. Syaikh Al- Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Ash-Shohihah
no. 580].
2.
Dari Abdul Malik bin Minhal
(Qotadah), dari bapaknya Qatadah bin Milhan Al-Qisiy
berkata:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بأيام البيض، فهو صوم الشهر
" (أخرجه أحمد في مسنده (29/54)) حسن لغيره، وحسنه الشيح الأرناؤوط.
Artinya:
“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk
berpuasa pada Ayyamul Bidh, dan ia termasuk puasa sepanjang masa.” (Hasan Lighairihi, HR Ahmad (29/54), dihasankan oleh Syeikh
Al-Arna’uth).
3.
Dari
Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
padanya,
يَا
أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ
عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Artinya:
“Wahai Abu Dzar, Jika engkau
ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14,
dan 15 (dari bulan Hijriyah).
”[Hadits hasan, HR. Tirmidzi
no. 761 dan An Nasai no. 2424. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan]. Diriwayatkan pula oleh Sahabat Jarir bin Abdillah dalam riwayat
Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (7/298)).
4.
Dari Jarir bin Abdillah Al-Bajali Radhiyallahu Anhu berkata:
«صِيَامُ
ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ، أَيَّامُ الْبِيضِ
صَبِيحَةُ ثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ»
Artinya:
“Berpuasa tiga hari setiap
bulannya, adalah puasa Ayyamul Bidh (hari-hari putih), tepatnya pada tanggal
13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah). (Shahih, HR Imam Darimi (7504), Nasa’i
(2420), Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (7/298), di nilai hasan oleh Syeikh
Al-Albani dan Husein Sulaim Asad).
5.
Dari
Musa bin Salamah:
عن مُوسَى بْنَ سَلَمَةَ قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ
عَبَّاسٍ عَنْ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ الْبِيضِ فَقَالَ: كَانَ عُمَرُ
يَصُومُهُنَّ.. (أخر جه الحارث في بغية الباحث (1/219)). حسن، بتحقيق الدكتور حسين أحمد صالح)
Artinya:
Musa bin Salamah pernah bertanya kepada Ibnu
Abbas Radhiyallahu Anhu tentang puasa tiga hari “Ayyamul Bidh”, maka
ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma menjawab: “Dahulu Umar (bin
Khottob)mengamalkan puasa tersebut.” (Atsar ini hasan, HR Al-Harits dalam
Bughyatul Bahits (1/219), di tahqiq oleh Dr. Husein Ahmad Shalih).
كيفية الثانية : صيام ثلاثة أيام من أول الشهر :
Cara 2
(3 Hari di Awal Bulan, Mulai Tanggal
1, 2, 3)
1.
Hadits
dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu
Anhuma berkata:
«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، يَوْمَ
الِاثْنَيْنِ مِنْ أَوَّلِ الشَّهْرِ، وَالْخَمِيسِ الَّذِي يَلِيهِ، ثُمَّ
الْخَمِيسِ الَّذِي يَلِيهِ» (أخرجه النسائي (2414)، صحيح لغيره، وصححه الألباني).
Artinya:
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpuasa tiga
hari pada setiap bulannya, dimulai pada hari senin di Awal bulan pertama, lalu
di hari kamis pada awal bulan yang kedua, dan kemudian di hari kamis pada awal
bulan yang ketiga. (HR. Nasa’i (2414), Syeikh Al-Albani menilai : shahih Lighairihi).
2.
Praktek Yang Dikerjakan Abu Hurairah.
عن أبي عثمان النهدي، قال لأبي
هريرة : يا أبا هريرة، كيف تصوم؟ قال: أصوم من أول الشهر ثلاثا. (أخرجه أحمد (14/281) وإسحاق بن راهوية (1/103)
وأبو نعيم في حلية الأولياء (1/381) والذهبي في سير أعلام النبلاء (2/609)،هذا
الأثر صحيح، صححه الشيخ أحمد شاكر والشيخ شعيب الأرناؤوط.
Artinya:
Abu Utsman
An-Nahdi Rahimahullah pernah berkata kepada Abu Huraiah : “Wahai Abu
Huroiroh... Bagaimana anda berpuasa..? Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu menjawab:
“Saya berpuasa di setiap awal bulan selama tiga hari”. (HR. Ahmad (14/281), Ishaq Ibnu Rahuyah
(1/103), Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ (1/381), Adz-Dzahabi dalam Siyar
A’lam An-Nubala’ (2/609). Atsar ini dishahihkan oleh Syeikh Ahmad Syakir dan
Syeikh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Tahqiq Musnad Ahmad).
Di upayakan untuk berpuasa selama tiga hari secara berturut-turut,
Misalnya jika di mulai hari senin, berarti Senin, Selasa, Rabu.
كيفية الثالثة : في أي وقت يجور أن يصوم :
Cara 3
(Waktu Kapan Saja dalam 1 bulan)
أَكَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ
شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ
يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari/waktu apa saja beliau puasa (artinya perpuasa pada hari semaunya beliau).”[ HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih].
Komentar dari Para Ulama’ :
Maka dari itu Seorang Ulama’ Ahli siroh Nabi terdahulu “Al-Imam Muhammad Ibnu Yusuf Ash-Sholihi Asy-Syami” (Wafat 942 H) pernah berkata:
«أن النبي كان يصوم ثلاثة من أول الشهر» «كان يصوم
ثلاثة غير معيّنة» «كان يصوم الأيام البيض: ثالث عشر، ورابع عشر، وخامس عشر،
Artinya:
“Sesungguhnya Nabi
–Shallallahu Alaihi Wasallam- pernah melakukan puasa tiga hari di awal bulan, terkadang
berpuasa tiga hari di waktu yang tidak beliau pedulikan, terkadang beliau berpuasa
tiga hari di hari-hari putih (Ayyamul Bidh).” (Subulul Huda War-Rosyad (juz 8, hal. 436), Karya
Muhammad bin Yusuf As-Shalihi Asy-Syami).
Syeikh Muhammad
bin Shalih Al-Utsaimin pernah berkata :
يجوز للإنسان أن يصوم في أول الشهر
أو وسطه، أو آخره متتابعة، أو متفرقة، لكن الأفضل أن تكون في الأيام البيض الثلاثة
وهي: ثلاثة عشر، وأربعة عشر، وخمسة عشر.
Terjemahannya:
"Boleh
bagi seseorang untuk melakukan puasa -tiga hari setiap bulan- yang di lakukan
di awal bulan, di pertengahan bulan, atau di akhir bulan, baik berturut-turut,
ataupun terpisah-pisah, akan tetapi yang lebih utama dilakukan di Ayyamul Bidh
'yang terletak pada tanggal 13, 14, dan 15". (Lihat Majmu' Fatawa Wa
Rosa'il (20/12)).
Jadi
kesimpulannya, Anda bisa mengamalkan secara Variatif di setiap bulannya,
Sesuaikanlah kemampuan Anda, Jika anda bisa mengerjakan puasa 3 hari setiap
bulan yang bersamaan dengan Ayyamul Bidh, maka itu lebih utama, dan ini yang dibiasakan
oleh Nabi dan juga Umar bin Khottob. Namun jika anda hanya bisa berpuasa pada 3
hari di awal bulan, maka juga baik -ini yang biasa di kerjakan oleh Abu
Hurairah & ada contohnya dari Nabi. jika tidak bisa lagi karena sibuk maka
di hari/waktu apa saja yang anda anggap longgar untuk melakukannya, bisa secara
berturut-turut maupun secara terpisah-pisah..ini juga di contohkan oleh Nabi.
Jangan
dilewatkan kesempatan Amal ini, terlebih lagi satu bulan ada 30 hari / 29 hari,
cukup mengamalkan 3 hari saja pahalanya dilipat gandakan menjadi 30, jika
diamalkan selama 1 tahun, maka pahalanya seperti orang yang berpuasa setahun
penuh. Coba perhatikan makna hadits ini:
Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ
السّنَّةِ كُلِّهَا» ثُمَّ قَالَ: صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ يَقُولُ اللَّهُ: {مَنْ
جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشَرُ أَمْثَالِهَا}. وزاد النسائي وابن ماجة : اليوم
بعشرة أيام. (أخرجه البزار في مسنده (9/345)) ورواه النسائي وابن ماجة وغيره وصححه
الألباني (صحيح الترغيب والترهيب (1/259 رقم: 1035.(
Artinya:
“Puasa
tiga hari setiap bulannya seperti puasa selama satu tahun penuh. Kemudian Abu
Dzar berkata: “Maha benar Allah dan juga Rasul-Nya, Allah Ta’ala berfirman: {{
Barangsiapa yang mengerjakan satu kebaikan, maka Allah melipatgandakan menjadi
10 kali lipat }}.
Dan dalam
riwayat Nasa’i dan Ibnu Majah : "Satu hari di lipat gandakan menjadi
menjadi 10 hari.”
(HR Al-Bazzar
dalam Musnadnya (9/345), di riwayatkan pula oleh Imam Nasa’i, Ibnu Majah, dll,
di shahihkan oleh Syeikh Al-Albani (Lihat : Shahih Targhib Wat Tarhib (1/259)
no. (1035)).
Semoga
bermanfaat.
Penulis: Lilik
Ibadurrohman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar