Memang Nabi kita selalu mengerjakan
Qiyamul Lail, dalam kondisi muqim, maupun dalam kondisi safar.
Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam Terkadang Mengerjakan Shalat Malam Semalam Suntuk
HADITS
PERTAMA:
Dalam hadits shahih disebutkan:
عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ: رَاقَبْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي لَيْلَةٍ صَلَّاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّهَا
حَتَّى كَانَ مَعَ الْفَجْرِ. (أخرجه أحمد في مسنده (34/532))
Artinya:
Dari
Khobbab bin Arot Radhiyallahu Anhu berkata: Saya melihat dengan
diam-diam Rasulullah dalam suatu malam, beliau shalat malam selama semalam
suntuk hingga bersamaan terbit fajar.” (Shahih, HR Ahmad (5/108), Nasa’i dalam Sunan Al-Kubro (2/129), di
nilai shahih oleh Ibnu hibban, Al-Arna’ut, Nawawi, Al-Albani, dll. (Sifat
shalat Nabi (1/121), Khulashotul Ahkam (1/595)).
HADITS KEDUA:
عن أبي ذر رضي الله عنه قال: قام النبي صلى الله عليه وسلم ليلة من
الليالي في صلاة العشاء فصلى بالقوم...(وذكر فيه: فلما رأى القوم قد أخلوا المكان،
رجع إلى مكانه فصلى،. (ثم ذكر فيه: ويتلو من القرآن ما شاء الله أن يتلو، فقام
بآية من القرآن يرددها حتى صلى الغداة)). أخرجه أحمد في مسنده (35/390) حديث حسن.
Artinya:
Dari Abu
Dzar Radhiyallahu Anhu berkata: Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam pernah suatu malam shalat Isya’ bersama suatu kaum (Ya’ni para sahabat),
(Lalu Abu Dzar menyebutkan : tatkala mereka (para sahabat) telah pulang dari
tempat shalat (yaitu kembali ke rumah masing-masing), maka Rasulullah kembali
ke tempat shalat lagi untuk shalat sunnah (Abu Dzar menyebutkan lagi:ternyata
beliau membaca Ayat-ayat Alqur’an –panjang- sesuai yang dikehendaki Allah), beliau
mengulangi bacaannya di shalat malam hingga waktu subuh. (Hadits hasan, HR
Ahmad dalam Musnadnya (35/391), dihasankan oleh Syeikh Syu’aib A-Arna’uth).
-----------------------
Kedua hadits menunjukkan tentang salah satu bentuk shalat malam
yang dikerjakan Rasulullah, secara dzahir hadits diatas untuk bilangan raka’at
tidak bisa diketahui berapa banyak yang beliau kerjakan dalam waktu semalam suntuk. Hanya saja yang sering Nabi kerjakan adalah setelah tidur, baik 11 Rakaat atau 13 Rakaat (sebagaimana dalam hadits yang lain). Hadits diatas (hadits
nomor 2) “secara dzahir” beliau langsung shalat malam seusai shalat isya’ tanpa tidur terlebih dahulu.
------------------------
Namun apakah Rasulullah melakukan hal ini terus menerus?? Kita butuh
jawaban para ulama’:
Inilah perkataan Syeikh Nashiruddin Al-Albani dalam kitab “Sifat
Shalat Nabi, hal. 120 beliau mengomentari hadits diatas, dengan berkata: Rasulullah
tidak pernah shalat malam semalam suntuk kecuali kadang-kadang saja.” (Syeikh
Al-Albani menggabung hadits diatas (hadits Khobbab Ibnu Arot dengan hadits A’isyah
berikut ini):
عن عائشة قَالَتْ: «وَلَمْ يَقُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً يُتِمُّهَا حَتَّى الصَّبَاحِ.
Artinya:
Dari A’isyah
Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
tidak pernah shalat semalam suntuk hingga waktu subuh.” (HR Muslim (2/169-170) sebagaimana dalam Silsilah As-shahihah (1/148),
Abu Dawud dalam Sunannya dan ini lafadznya (2/40) no. 1342).
Pembahasan ini sangat penting, agar kita tidak sempit dalam
memahami tatacara shalat malam yang di lakukan oleh Nabi kita, dan juga praktek yang ada di masyarakat kita.
HADITS KETIGA:
Rasulullah pernah juga bepergian untuk melakukan peperangan di medan
Perang -pada peperangan Badar (Ma'rokah Badar)-, dimalam harinya itu
beliau tidak tidur, dan beliau saat itu mengerjakan shalat malam hingga
waktu fajar (subuh):
Dalilnya hadits dari Ali bin Abi
Thalib radhiallahu’anhu, beliau berkata:
لقد
رأيتُنا ليلةَ بدرٍ, وما فينا إنسانٌ إلَّا نائمًا, إلَّا رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ
عليه وسلَّم فإنَّه كان يُصلِّي إلى شجرةٍ ويدعو حتَّى أصبحَ ((وفي رواية: يُصَلِّي وَيَبْكِي، حَتَّى أَصْبَحَ)
Artinya:
“Sungguh aku menyaksikan keadaan
kita pada malam hari perang Badar, tidak ada seorang pun dari kita yang tidak
tidur kecuali Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Ketika itu beliau
mengerjakan shalat malam menghadap ke sebuah pohon (sebagai sutroh) dan berdoa
hingga pagi hari (subuh)” dalam riwayat lain: “Beliau
melaksanakan shalat sambil menangis hingga waktu shubuh.” (HR.
Ahmad 2/271, Ibnu Khuzaimah (899), di nilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, Al-Arna’ut, Ahmad Syakir, Dr. Musthofa Al-A’dzomi, Syeikh Al-Albani, dll
(Sifat Shalat Nabi (1/120)).
-----------------------
Semoga bermanfaat, barangkali ada yang belum pernah mendengar hadits2 ini di ceramah-ceramah umum. Namun yang paling utama menurut penulis adalah
mengerjakan shalat malam yang bisa dilakukan secara kontinyu (terus-menerus) meskipun hanya
sedikit. agar tidak jenuh.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ
لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا
دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ
Artinya:
”Wahai sekalian manusia,
lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan
sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh
Allah adalah amalan yang kontinu (terus menerus) walaupun sedikit.”
(HR. Muslim no. 782).
Penulis : Lilik Ibandurrohman, S.Th.I
------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar