Sabtu, 23 Agustus 2014

BOLEHNYA SHALAT SUNNAH BERJAMA'AH KADANG-KADANG


Ada sebuah pertanyaan yang pernah diajukan pada Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengenai hukum mengerjakan shalat nafilah (shalat sunnah) dengan berjama’ah. 

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab:
“Apabila seseorang melaksanakan shalat sunnah terus-menerus secara berjama’ah, maka ini adalah sesuatu yang tidak disyari’atkan. Adapun jika dia melaksanakan shalat sunnah tersebut kadang-kadang secara berjama’ah, maka tidaklah mengapa (mubah) karena terdapat petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini seperti  shalat malam yang beliau lakukan bersama Ibnu ‘Abbas, Sebagaimana pula beliau pernah melakukan shalat bersama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dan anak yatim di rumah Ummu Sulaim, dan masih ada contoh lain semisal itu.” [Lihat: Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 14/231].

Berikut ini pembahasan dalil-dalinya Yang Sangat Banyak:

1.     SHOLAT DHUHA

Pertama: Nabi Mengajak Shalat Sunnah Bersama Anas, Ummu Sulaim, Ummu Harom

عَنْ أَنَسٍ، دَخَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا هُوَ إِلَّا أَنَا وَأُمِّي وَأُمُّ حَرَامٍ خَالَتِي، قَالَ: فَقَالَ: «قُومُوا فَلِأُصَلِّي لَكُمْ» فِي غَيْرِ وَقْتِ صَلَاةٍ. قَالَ حَجَّاجٌ: قَالَ: فَصَلَّى بِنَا صَلَاةً، قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ لِثَابِتٍ: أَيْنَ جَعَلَ أَنَسًا؟ قَالَ: جَعَلَهُ عَلَى يَمِينِهِ، قَالَ: ثُمَّ دَعَا لَنَا أَهْلَ الْبَيْتِ بِكُلِّ خَيْرٍ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، قَالَ: قَالَتْ أُمِّي: يَا رَسُولَ اللَّهِ، خُوَيْدِمُكَ ادْعُ اللَّهَ لَهُ، قَالَ: فَدَعَا لِي بِكُلِّ خَيْرٍ، قَالَ بَهْزٌ بِخَيْرٍ وَكَانَ فِي آخِرِ مَا دَعَا بِهِ لِي، قَالَ: «اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَبَارِكْ لَهُ فِيهِ» (أخرجه أحمد (20/315) والبخاري في الأدب المفرد (1/45) صححه الألباني والأرناؤوط).

Artinya:
Dari Anas Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam masuk ke rumah kami, dan tidaklah ada seseorang yang berada di rumah kami kecuali saya, ibuku (Ummu Sulaim), dan bibiku ‘Ummu Harom’, lalu Nabi bersabda “berdirilah kalian semua.., saya akan shalat bersama kalian..! Kata Anas: pada saat itu diluar waktu shalat (maksudnya bukan shalat fardhu, tapi shalat sunnah).
Anas berkata lagi: lalu shalatlah beliau bersama kami, lalu ada seseorang yang bertanya kepada tsabit bin Aslam tentang keberadaan Anas: lalu tsabit menjawab: Anas berada di sisi kanan Rasulullah.“ Lalu Anas berkata lagi: kemudian setelah sholat Nabi mendo’akan kami sebagai penghuni Rumah yaitu kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.
Lalu Ibuku berkata: Wahai Rasulullah Do’akanlah pembantumu, yaitu Anas. Lalu Nabi mendo’akan saya sebuah kebaikan. Do’a yang terakhir beliau panjatkan adalah : Ya Allah, berilah Anas hartanya yang banyak,anak yang banyak dan berilah keberkahan kepadanya.” (Shahih, HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod (1/45), Ahmad (20/315), di nilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dan Syeikh Syu’aib Al-Arna’ut).

Dari dalil diatas Disimpulkan:
bolehnya Seseorang mengajak Orang lain Untuk Sholat Sunnah Berjama’ah Kadang-kadang di rumah. (Menurut Sebagian Ulama, Seperti Ibnu Hazm) sebagaimana Hadits Qouli / Perkataan Nabi: “berdirilah kalian semua.., saya akan shalat bersama kalian...!!

KEDUA: Nabi Shalat Sunnah Bersama Seorang Laki-laki dari Anshor:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَجُلٌ ضَخْمٌ، لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُصَلِّيَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي لَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أُصَلِّيَ مَعَكَ، فَلَوْ أَتَيْتَ مَنْزِلِي فَصَلَّيْتَ فَأَقْتَدِيَ بِكَ، فَصَنَعَ الرَّجُلُ طَعَامًا، ثُمَّ دَعَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَضَحَ طَرَفَ حَصِيرٍ لَهُمْ، " فَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ"، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ آلِ الْجَارُودِ، لِأَنَسٍ: وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى؟ قَالَ: "مَا رَأَيْتُهُ صَلَّاهَا إِلَّا يَوْمَئِذٍ" (أخرجه أحمد (12328) والبخاري (670) والبزار، واللفظ لأحمد).

Artinya:
Dari Anas bin Malik radhiallahu ’anhu, beliau bercerita: “Ada seorang laki-laki (kalangan Anshar) yang kegemukan badan, ia tidak bisa shalat bersama rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
lalu laki-laki tadi berkata: "Saya tidak bisa shalat (berjama’ah) bersama Anda (dikarenakan kegemukan badan), kalau seandainya engkau mendatangi rumahku aku akan ikut shalat berjama’ah bersama anda,.” Anas melanjutkan ceritanya: “Kemudian Laki-laki tadi membuatkan makanan untuk Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan mengundang Nabi agar hadir ke rumahnya.
Maka dihamparkan “tikar” dan beliau memerciki bagian ujung-ujungnya dengan air, kemudian shalat dua rakaat di atas tikar tersebut.” Ada seseorang dari keluarga Al-Jarud bertanya kepada Anas: “Apakah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melaksanakan shalat dhuha?”
jawab Anas: “Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melaksanakan dhuha (pertama kali) kecuali hari itu.”
(Shahih, HR. imam Ahmad (12328), imam Bukhori No.670, Al-Bazzar, dll. Lafadz milik imam Ahmad, di nilai shohih oleh syeikh Syu’aib Al-Arna’ut dalam Tahqiq Musnad Ahmad).

KETIGA: Nabi Shalat Sunnah Bersama itban dan Keluarganya:

عَنْ عِتْبَانَ بْنِ مَالِكٍ: " أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي بَيْتِهِ سُبْحَةَ الضُّحَى، فَقَامُوا وَرَاءَهُ فَصَلَّوْا بِصَلَاتِهِ" (أخرجه ابن خزيمة (1165) وأحمد (22657) صححه الأرناؤوط والبغوي في شرح السنة وابن خزيمة وغيره).
Artinya:
Dari Itban bin Malik Radhiyallahu Anhu: bahwa Rasulullah SAW telah melakukan sholat Dhuha (subhata adh-dhuha) di rumahnya [rumah 'Itban bin Malik], Maka orang-orang pada berdiri di belakang beliau dan mereka pun sholat dengan sholat beliau.
(Hadits Shahih, HR Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya (1165), Ahmad dalam Musnadnya (22657), Ad-Daruqutni dalam Sunannya, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, Ibnu Syabah dalam Tarikh Madinah, di nilai shohih oleh imam Ibnu Khuzaimah, Syeikh Syu'aib Al-Arna’ut, Al-Baghawi, Dr. M Musthofa Al-A'dzami, dll.

KEEMPAT: Praktek Umar Shalat Dhuha berjama’ah bersama 2 Orang:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى عُمَرَ بِالْهَاجِرَةِ فَوَجَدْتُهُ يُسَبِّحُ فَقُمْتُ وَرَاءَهُ فَقَرَّبَنِي حَتَّى جَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ فَلَمَّا جَاءَ يَرْفَأُ تَأَخَّرْتُ فَصَفَفْنَا وَرَاءَهُ  (صحيح، أخرجه مالك في الموطأ (1/154)).
Artinya:
Dari Abdullah bin Utbah berkata: ”Saya masuk ke rumahnya Umar bin Khottob pada saat matahari sedang terik (menjelang siang hari), saya mendapati dia lagi sholat sunnah, akupun berdiri berjama’ah dibelakangnya, lalu ia menarikku hingga aku berada di samping kanannya, ketika datang Yarfa’, maka akupun ditarik mundur, sehingga kami berdua bershof di belakang Umar.”
(Atsar Shahih, HMR Malik dalam Muwaththo’: 1/154 Dan Imam Malik memberi judul bab tentang Sholat Dhuha). Atsar Umar ini sanadnya shahih, di nilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam As-Shohihah: 1/270).

B.   SHOLAT TAHAJJUD

PERTAMA: Nabi Shalat Sunnah bersama Hudzaifah :

عَن حُذَيْفَة بن اليمان رضي الله عنه قال: "صليت مَعَ النَّبِي - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ - لَيْلَة، فَافْتتحَ الْبَقَرَة فَقَرَأَ،...  فَافْتَتَحَ النِّسَاءَ... ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا...
Artinya:
Dari Khudzaifah bin Yaman Radhiyallahu Anhu berkata: Saya shalat malam bersama Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, Maka beliau membaca surah panjang, yaitu surah Al-Baqarah, lalu beliau membaca surat An-Nisa’, lalu membaca surat Ali-imran.
(HR Ahmad (38/392), Abu Awanah (1/489), di nilai shohih oleh imam Ibnu Khuzaimah (542) dan Syeikh Al-Arna’ut).

            KEDUA: Nabi Shalat Sunnah bersama Zaid dan Sekelompok Sahabat:

عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ: "احْتَجَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُجْرَةً بِخَصَفَةٍ أَوْ حَصِيرٍ فِي الْمَسْجِدِ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ مِنَ اللَّيْلِ يُصَلِّي فِيهَا فَيَسْمَعُ رِجَالًا وَرَاءَهُ , وَهُوَ يُصَلِّي فَصَلَّوْا مَعَهُ بِصَلَاتِهِ..وفيه: قال رسول الله: عَلَيْكُمْ بِالصَّلَاةِ فِي بُيُوتِكُمْ، فَإِنَّ خَيْرَ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إلَّا هَذِهِ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ" (أخرجه الطحاوي، وأبو داود، صححه الألباني (صحيح أبي داود (1301)).
Artinya:
Dari Zaid bin Tsabit Al-Anshari Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah membuat sebuah kamar dari tikar di (sisi) masjid, lalu beliau keluar dari kamarnya untuk shalat malam di masjid, lalu hal itu terdengar/terlihat oleh orang-orang (beberapa sahabat), di belakang beliau, saat beliau shalat, mereka ikut shalat berjama’ah bersama beliau... di akhir hadits ini Nabi bersabda:
“Hendaklah kalian mengerjakan sholat sunnah di rumah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik sholat yang dikerjakan seseorang adalah di rumah kecuali sholat wajib (bagi laki-laki)” (HR Thohawi, dan Abu Dawud, di nilai shahih oleh Syeikh Al-Albani. (Lihat Shahih Abu Dawud (1301)).

             KETIGA: Nabi Shalat Sunnah bersama Ibnu Mas’ud:

عن عبد الله بن مسعود قال: "صليت مع النبي - صلى الله عليه وسلم - ليلة، فلم يزل قائمًا حتى هممت بأمر سوءٍ، قلنا: ما هممت؟ قال: هممت أن أقعد وأذرَ النبي - صلى الله عليه وسلم -". (أخرجه البخاري (1135)).
Artinya:
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata: Saya mengerjakan shalat malam bersama Rasulullah, Nabi terus-menerus memperpanjang berdiri, sehingga akupun bekeinginan untuk perkara yang buruk, Lalu ada yang bertanya: apa yang engkau inginkan...?, ibnu Mas’ud menjawab: “aku berkeinginan untuk duduk dan pergi meninggalkan rasulullah.” (Shohih, HR Bukhori (1135)).

            KEEMPAT: Nabi Shalat Sunnah Bersama Abu Dzar:
 
عن أبي ذر رضي الله عنه قال: صلى -النبي- من الليل، فجئت فقمت خلفه، فأومأ إلي بيمينه فقمت عن يمينه،. (أخرجه أحمد في مسنده (35/390) ،حسنه الأرناؤوط)
Artinya:
Dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu berkata: “Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengerjakan shalat malam, lalu aku berdiri berjama’ah di belakangnya, lalu Nabi berisyarah kepadaku untuk berdiri di kanannya, maka akupun akhirnya berdiri disisi kanannya...” (Hasan, HR Ahmad dalam Musnadnya (35/390), di nilai hasan oleh Syeikh Syu’aib Al-Arna’ut).

KELIMA:  Nabi Shalat Malam Bersama Para Sahabat:

عن سعد بن هِشَام قال: يا عائشة، نَبِّئِينِي عَنْ قِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: أَلَسْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ السُّورَةِ {يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ} [المزمل: 1] قَالَ: فَقُلْتُ: بَلَى قَالَتْ: فَإِنَّ اللَّهَ فَرَضَ الْقِيَامَ فِي أَوَّلِ هَذِهِ السُّورَةِ، فَقَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلًا، حَتَّى انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ، وَأَمْسَكَ الله خَاتِمَتَهَا اثْنَيْ عَشَرَ شَهْرًا فِي السَّمَاءِ، ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ التَّخْفِيفَ فِي آخِرِ هَذِهِ السُّورَةِ، فَصَارَ قِيَامُ اللَّيْلِ تَطَوُّعًا بَعْدَ فَرِيضَةٍ، (أخرجه أحمد (40/315) وابن خزيمة (1127) ومسلم (1/513) واللفظ لأحمد، صححه ابن خزيمة والأرناؤوط وغيره).
Artinya:
Dari Sa’ad bin Hisyam Rahimahullah berkata: “Wahai A’isyah, kabarkan kepadaku tentang shalat malamnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam?, Lalu A’isyah menjawab: “Tidaklah engkau membaca –awal- surat ini.. (Surah Al-Muzzammil, ayat 1)?,
Lalu Sa’ad menjawab: “Ya”. Lalu A’isyah berkata: “Sesungguhnya Allah mewajibkan qiyamul lail ketika pertama kali  surat ini turun (yaitu Surah Muz-zammil, ayat 1-2 ), Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berdiri bersama para sahabat secara berjama’ah, hingga kaki-kaki mereka bengkak,
dan Allah tetap menahan ayat terakhir dari surat Al-Muzzammil hingga berlangsung selama 12 bulan (sehingga mereka tetap diwajibkan shalat malam), Sehingga tatkala Allah menurunkan ayat terakhir dari surat Al-Muzzammil (yaitu ayat ke 20), maka Qiyamul lail pada akhirnya menjadi sunnah, dan yang diwajibkan hanya shalat fardhu 5 waktu.”
(Hadits Shohih, HR Ahmad (40/3145), Ibnu Khuzaimah (1127), Muslim (1/513), Lafadz milik imam Ahmad. Di nilai shohih oleh Syeikh Al-Albani dan Syeikh Al-Arna’ut).

KEENAM: Nabi Shalat Sunnah bersama Abdullah Ibnu Abbas:

عن ابن عباس، قال: بت عند خالتي «فقام النبي صلى الله عليه وسلم يصلي من الليل، فقمت أصلي معه، فقمت عن يساره، فأخذ برأسي، فأقامني عن يمينه» (أخرجه البخاري (699) ومسلم (763)).
Artinya:
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu berkata: Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat malam, lalu akupun shalat bersamanya, aku berdiri di sisi kirinya, lalu beliau memegang kepalaku dan memutarku/menggeserku ke sisi kanannya.” (Shohih, HR Bukhari (699) Muslim (763)).

     KETUJUH: Nabi Shalat Sunnah Bersama A’idz bin Amru:

عَنْ عَائِذِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ:...صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الضُّحَى. (أخرجه الطبراني في الكبير (13362) واحمد (19721) حسن لغيره (الفتاوى الفقهية الكبرى للهيتمي (2/250)).
Artinya:
Dari A’idz bin Amru berkata:Rasululullah Shallallahu Alaihi Wasallam shalat Dhuha bersama kami.” (Hasan lighairihi, HR Ahmad no 19721; Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, no 14462, syawahid ini di sebutkan oleh imam Al-Haitami dalam Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubro (2/250)).

D. SHOLAT ROWATIB
            
PERTAMA: Nabi Shalat Sunnah Bersama Abdullah bin Umar:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ قَالَ: وَحَدَّثَتْنِي حَفْصَةُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ حِينَ يَطْلُعُ الْفَجْرُ " (أخرجه أحمد (8/98)، صححه الشيخ الأرنائوط).
Artinya:
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata: “Saya pernah sholat sunnah bersama Rasulullah dua roka’at sebelum dhuhur, juga dua roka’at setelah dhuhur, dan juga dua roka’at setelah maghrib ketika berada dirumahnya Nabi, begitu pula dua roka’at setelah isya’ dirumahnya, Hafshoh binti Umar pernah berkata kepadaku: Nabi juga mengerjakan sholat sunnah dua roka’at saat terbit fajar (maksudnya dua roka’at sebelum subuh).  (Shahih, HR Ahmad (8/98), di nilai shahih oleh Syeikh Al-Albani dalam Mukhtashor Syama’il (239)). 

Dan dalil-dalil lain yang tidak bisa saya sebutkan Satu Persatu.



Maroji’:           
Al-Muwaththo’ Karya Imam Malik
Mukhtashor Syama’il Karya Syeikh Al-Albani
Adabul Mufrod Karya Imam Al-Bukhori, dll.

Penulis:  
Lilik Ibadurrohman, S.Th.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar