Minggu, 15 Februari 2015

BAGAIMANA CARA MERAIH IBADAH YANG SEMPURNA






CARA MERAIH IBADAH YANG SEMPURNA
(BAIK IBADAH WAJIB MAUPUN IBADAH SUNNAH)

-         (( Contoh Pertama : IBADAH  SHOLAT  WAJIB )) -

1.      Berusahalah Mengerjakan Sholat Wajib SESEMPURNA MUNGKIN

(Baik Kesempurnaan Wudhunya, Tepat Waktu Sholatnya, Sempurna Rukuknya, Sempurna Sujudnya, Memperhatikan Kekhusyu’annya, dll).


Dalilnya: Dalam hadits Shohih disebutkan:

عن عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِت رضي الله عنه قال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «خَمْسُ صَلَوَاتٍ افْتَرَضَهُنَّ اللَّهُ عَلَى عِبَادِهِ مَنْ أَحْسَنَ وُضُوءَهُنَّ وَصَلَّاهُنَّ لِوَقْتِهِنَّ، فَأَتَمَّ رُكُوعَهُنَّ وَسُجُودَهُنَّ وَخُشُوعَهُنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ، وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ» (صحيح، أخرجه أحمد (37/377)، والطبراني في الأوسط (5/56)، أبو داود (1/155)، والبغوي (4/105)، والبيهقي في سنن الكبرى (2/305)، وصححه الإمام البغوي والشيخ الأرناؤوط والألباني (انظر: صحيح الجامع: 5553)).
Artinya:
Dari Ubadah bin Shomit Radhiyallahu Anhu berkata: Saya Mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ‘Shalat lima waktu’ adalah sholat yang telah diwajibkan oleh Allah atas hamba-hambanya, Barangsiapa yang berwudhu dengan sempurna dan sholat tepat pada waktunya, Sempurna Rukuk dan Sujudnya,  dan Memperhatikan kekhusyu’annya, maka ia akan mendapatkan janji dari Allah, yaitu Ampunan dari Allah.
Dan barangsiapa yang tidak mengerjakan hal ini semua – maka ia tidak mendapat janji dari Allah, (hanya ada dua pilihan) jika Allah menghendaki, maka ia akan diampuni, Jika Allah menghendaki –maka ia akan di adzab oleh Allah (di neraka).”
(Shahih, Ahmad (37/377), Thabrani dalam Al-Ausath (5/56), Abu Dawud (1/155), Al-Baghowi (4/105), Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro (2/305), di nilai shohih oleh Imam Al-Baghowi, Syeikh Al-Arna’ut, dan Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’: 5553).

Kesimpulan  Dari  Hadits  diatas :

1.     Shalat Fardhu’ yang sempurna akan mendapatkan ampunan dari Allah.
2.      Kekhusyu’an didalam sholat sangat berperan dalam kesempurnaan sholat.
3.     Shalat Fardhu’ yang kurang sempurna sangat rentan untuk terkena adzab (Neraka) di akhirat kelak. Namun ada juga sebagian orang yang di ampuni (sehingga tidak di adzab).

 Kriteria / Ciri-ciri Shalat Yang Kurang Sempurna : 

1.      Shalat Yang  Tidak Sesuai Petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah
2.      Shalat Yang  Tidak Sempurna Wudhunya (Tidak Memperbagus Wudhunya).
3.      Menunda-nunda dan Mengakhirkan Waktu Sholat (Tanpa Ada Udzur Syar’i).
4.      Shalat Yang  Tidak Sempurna Tuma’ninahnya.
5.      Shalat Yang  Tidak Sempurna Rukuk, i’tidal, dan Sujudnya.
6.      Shalat Yang  Tidak Memperhatikan Kekhusyu’annya.
7.      Shalat Yang  Tidak Terpenuhi Al-Wajibatnya (Wajibnya Shalat)
8.      Shalat Yang  Tidak Terpenuhi Adab-Adabnya. (Pembahasan di bawah ini:) Dll.


2.    Kondisi Umat Muhammad Yang Mengerjakan Sholat Fardhu:

[Shalat Mereka Ada Yang Bisa Sempurna, Ada Yang Berkurang Sedikit, Ada Yang Berkurang Banyak]

HADITS PERTAMA:

عَنْ أَبِي الْيَسَرِ (كَعْبُ بْنُ عَمْرٍو) رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مِنْكُمْ مَنْ يُصَلِّي الصَّلَاةَ كَامِلَةً، وَمِنْكُمْ مَنْ يُصَلِّي النِّصْفَ وَالثُّلُثَ وَالرُّبُعَ وَالْخُمُسَ حَتَّى بَلَغَ الْعُشْرَ "، (أخرجه أحمد (24/280)، والطحاوي (3/138)، والبيهقي في سنن الكبرى (1/136)، وصححه العراقي في "الإحياء" والأرناؤوط "تحقيق مسند أحمد" والنووي في "خلاصة الأحكام" (1/477)).
Artinya:
Dari Abu Al Yasar (Ka’ab bin Amru) Radhiyallahu Anhu,  Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Di antara kalian ada yang tercatat mengerjakan shalat secara sempurna, ada yang setengahnya, ada pula yang sepertiganya, seperempatnya, seperlimanya hingga ada yang sepersepuluhnya."
(Shohih, HR Ahmad dalam Musnadnya (24/280), Thohawi (3/138) Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro (1/136), dll. Di nilai shohih oleh Syeikh Al-Arna’ut, imam Al-Iroqi, Nawawi, dll. dan di nilai hasan oleh Imam Al-Mundziri dan Syeikh Al-Albani. (Lihat: Khulashotul Ahkam (1/477(, Shahih Tharghib Wat-Tarhib (538)).

            HADITS KEDUA:

عن عمار بن ياسر رضي الله عنه، قال رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  إِنَّ الرَّجُلَ لِيُصَلِّي الصَّلَاةَ مَا لَهُ مِنْهَا إِلَّا عُشْرُهَا تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبُعُهَا سُدْسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا "  (رواه أبو داود (796) حسنه الشيخ اللأباني).

Artinya:
Dari Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dari 'Ammar bin Yasir dia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya ada seseorang yang benar-benar mengerjakan shalat, namun yang tercatat baginya hanyalah sepersepuluh (dari) shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepetujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan setengahnya saja."
(Hadits hasan, HR Abu Dawud (796), di nilai hasan oleh Syeikh Al-Albani. (Lihat: Shahih Abu Dawud (3/383)).

3.  SOLUSI  Untuk Melengkapi  ‘Shalat Wajib Yang Kurang Sempurna’.

SOLUSINYA Adalah:  Dengan Memperbanyak SHOLAT SUNNAH, Baik Sunnah Rowatib, Witir, Maupun Sholat Sunnah Lainnya)

Dalam hadits Nabi:

عَنْ عَائِذِ بْنِ قُرْطٍ رضي الله عنه قَالَ: قال رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  "مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يُتِمَّهَا زِيدَ عَلَيْهَا مِنْ سُبْحَاتِهِ حَتَّى تَتِمَّ ". قال الهيثمي في المجمع الزوائد : رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ، وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ.   انظر صَحِيح الْجَامِع: 6348 ,الصَّحِيحَة: 2350  ومعنى "السبحات" جمع من "السُّبْحة: وهي صلاة النافلة
Artinya:
            Dari A’idz bin Qurth Radhiyallahu Anhu berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang sholat -fardhu- namun sholatnya tidak sempurna, maka sholat sunnahnya akan menjadi penyempurna baginya, sampai shalat wajibnya benar-banar sempurna.”
(Shahih, HR Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir (22/18), Dhiya’ dalam Al-Ahadits Al-Mukhtaroh (8/243), dan ibnu Abi Ashim dalam Al-Ahad Wal-Matsani (4/368), di nilai shahih oleh Imam Al-Haitsami, Dhiya’ Al-Maqdisi, dan Syeikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (6348)).

Dalam riwayat lain:

"من صلى صلاة لم يكمل فيها ركوعه وسجوده وخشوعه؛ زيد فيها من سبحاته حتى تتم "
Artinya:
“Barangsiapa yang sholat -fardhu- namun sholatnya tidak sempurna, baik rukuknya, sujudnya, khusyu’nya, maka sholat sunnahnya akan menjadi penyempurna baginya, sampai shalat wajibnya benar-banar sempurna.”
(HR. Ibnu Abdil Bar, Disebutkan oleh Syeikh Al-Albani dalam “Silsilah Al-Ahadits As-Shohihah: 7/566).

Penjelasan Yang Bagus dari Imam Al-Qurtubi Rahimahullah :

ينبغي للإنسان أن يحافظ على أداء فرضه فيصليه كما أمر من إتمام ركوع وسجود، وحضور قلب (أي: الخشوع). فإن غفل عن شيء من ذلك فيجتهد بعد ذلك في نفله ولا يتساهل فيه ولا في تركه.
Terjemahannya:
Imam Al-Qurtubi Rahimahullah pernah berkata: “Hendaknya seseorang yang sholat fardhu lebih menjaga pelaksanaan waktu-waktu sholatnya (untuk sholat tepat pada waktunya), sebagaimana ia diperintahkan pula untuk menjaga kesempurnaan rukuknya, sujudnya, dan kekhusyu’annya.
(Namun) jika ia lalai / luput dari semua itu (baik waktu pelaksanaanya, ruku’ sujud, khusyu’nya) maka hendaknya ia bersungguh-sungguhlah dalam sholat sunnahnya (untuk menyempurnakannya), jangan bermudah-mudah dalam meremehkan sholat sunnahnya, atau bermudah-mudah dalam meninggalkannya.” (Disebutkan oleh Imam Al-Qurtubi dalam Kitab “At-Tadzkiroh” (1/667)).

Penjelasan dari Imam Ibnu Abdil Bar:

قَالَ أَبُو عُمَرَ (ابن عبد البر) : أَمَّا إِكْمَالُ الْفَرِيضَةِ مِنَ التَّطَوُّعِ فَإِنَّمَا يَكُونُ ذَلِكَ وَاللَّهُ أَعْلَمُ فِيمَنْ سَهَا عَنْ فَرِيضَةٍ فَلَمْ يَأْتِ بِهَا أَوْ لَمْ يُحْسِنْ رُكُوعَهَا –وسجودها- وَلَمْ يَدْرِ قَدْرَ ذَلِكَ. وَأَمَّا مَنْ تَعَمَّدَ تَرْكَهَا أَوْ نَسِيَ ثُمَّ ذَكَرَهَا فَلَمْ يَأْتِ بِهَا عَامِدًا وَاشْتَغَلَ بِالتَّطَوُّعِ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِهِ وَهُوَ ذَاكِرٌ لَهُ فَلَا تُكْمَلُ لَهُ فَرِيضَتُهُ تِلْكَ مِنْ تَطَوُّعِهِ. وَاللَّهُ أَعْلَمُ  (ذكر ابن عبد البر في "التمهيد" (24/81)).
Terjemahannya:
*Mengenai Sholat Sunnah yang bisa menyempurnakan Sholat Wajib adalah Ketika seseorang lengah/teledor dalam mengerjakan sholat wajib dan tidak segera mengerjakannya (yaitu menunda-nunda sholatnya),  Atau Orang tersebut tidak mau memperbaiki rukuk dan sujudnya dan tidak tau batasan jaraknya / waktunya. 
*Adapun seseorang yang Sengaja meninggalkan Sholat Wajib, Atau orang tersebut lupa sholat wajib –akan tetapi tidak mengerjakannya disaat ingat, Atau menyibukkan sholat sunnah saja dan tidak mengerjakan sholat wajib, sedangkan ia tau tentang kewajiban itu –Maka kekurangan sholat wajibnya tidak dapat disempurnakan dengan dengan sholat sunnahnya.
(Disebutkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar dalam kitab At-Tamhid (24/81)). 

JADI, kesimpulannya:
Orang-orang yang Sengaja meninggalkan Sholat Wajib, Atau orang tersebut lupa sholat wajib –akan tetapi tidak mengerjakannya disaat ingat, Atau menyibukkan sholat sunnah saja dan tidak mengerjakan sholat wajib, sedangkan ia tau tentang kewajiban itu –Maka kekurangan sholat wajibnya tidak dapat disempurnakan dengan dengan sholat sunnahnya.  
Dan satu-satunya cara / solusi yang tepat adalah Harus bertaubat kepada Allah sebelum ajal menjemputnya, dan meminta ampun kepada-Nya karena meninggalkan sholat termasuk bagian dari dosa besar.

4.  Jika Seorang Hamba shalat Wajibnya Tidak Sempurna, Maka Sholat Sunnahnya akan menjadi  Pelengkap / Penyempurna Baginya.

Lihatlah Hadits dibawah ini saat-saat Hari Perhitungan Amal di Padang Mahsyar :

عَن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ عَنِ النَّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال: " إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِن أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَة، يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَلاَ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَم: انْظُرُواْ في صَلاَةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا 00؟ فَإِنْ كَانَتْ تَامَّة؛ كُتِبَتْ لَهُ تَامَّة، وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنهَا شَيْئَاً؛ قَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىَ: انْظُرُواْ؛ هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّع ؟  فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ عَزَّ وَجَلَّ: أَتِمُّواْ لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ " 0وفي رواية: ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ الْأَعْمَالِ الْمَفْرُوضَةِ مِثْلُ ذَلِكَ (كالصلاة والزكاة). فَقَالَ الْحَسَنُ وَهُوَ فِي مَجْلِسِ أَبِي هُرَيْرَةَ لَمَّا حَدَّثَ هَذَا الْحَدِيثَ: وَاللَّهِ، لَهَذَا لِابْنِ آدَمَ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا"   (صحيح، أخرجه ابن ماجة (1426) والطيالسي (2590)، صَحَّحَهُ الحاكم  في المستدرك (1/394) والذَّهَبيُّ في التَّلْخِيص، والشيخ الأرناؤوط في تحقيق مسند أحمد (15/300) وَالْعَلاَّمَةُ الأَلْبَانيُّ في "صحيح أَبي دَاوُدَ" (4/16(.
Artinya:
Dari Abu Hurairah berkata; dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya yang pertama kali akan di hisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya, Allah Jalla wa 'Azza berfirman kepada Malaikat -Dan Dia lebih mengetahui (amalan seseorang) -; "Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang? Sekiranya sempurna, maka catatlah baginya dengan sempurna,
Dan jika terdapat kekurangan, maka Allah berfirman lagi; "Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?? Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman; "Cukupkanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya
(Dalam riwayat lain: Selanjutnya semua amal wajib lainnya di hisab dengan cara demikian, (Seperti Puasanya dan Zakatnya –jika ia mampu-).
(Shahih, HR Ibnu Majah (1425), At-Thoyalisi (2590), di nilai shohih oleh Imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Syeikh Al-Arna’ut dan Syeikh Al-Albani. (Lihat: Shahih Sunan Abu Dawud (4/16)).
-         (( Contoh Kedua: IBADAH PUASA DAN LAINNYA )) -

وفي رواية:  وانْظُرُوا فِي صِيامِ عَبْدِي شَهْرَ رَمَضَانَ فإنْ كانَ ضَيَّعَ شَيْئاً منهُ فانْظرُوا هَلْ تَجِدُونَ لِعَبْدِي نافِلَةً مِنْ صيامٍ تُتِمُّونَ بِها مَا نَقَصَ مِنَ الصِّيامِ وانْظُروا فِي زَكاةِ عَبْدِي فإنْ كانَ ضَيَّعَ مِنْها شَيْئاً فانْظُروا هلْ تَجِدونَ لِعَبْدِي نافِلَةً مِنْ صَدَقَةٍ تتِمُّونَ بهَا مَا نَقَصَ مِنَ الزَّكاةِ فَيُؤْخَذ ذلِكَ على فَرَائِضِ الله وذلِكَ بِرَحمَةِ الله وعَدْلِهِ فإنْ وَجَدَ فَضْلاً وُضِعَ فِي مِيزَانِهِ وقِيلَ لهُ: ادْخلِ الجَنَّةَ مَسْرُوراً وإنْ لمْ يُوجَدْ لهُ شَيْءٌ مِنْ ذلِكَ أمِرَت بهِ الزَّبانِيَة فأخَذوا بِيَدِهِ وَرِجْلَيْهِ ثمَّ قُذِفَ بهِ فِي النَّارِ. (ذكره الزرقانى وعزاه إلى الحاكم فى الكنى (1/501) انظر: جامع الأحاديث للسيوطي (10/287))
Artinya:
Allah berkata kepada Para Malaikat Pencatat Amal –ketika dipadang Mahsyar- :  Periksalah amalan puasa ramadhannya, jika kurang maka sempurnakan dengan puasa sunnahnya, lalu periksa juga zakat –kalau  ia mampu-, jika kurang, maka periksa amalan sedekahnya, hal itu karena rahmat dn keadilan dari Allah, (Wahai malaikat-Ku) jika amalnya sempurna semuanya, maka timbanglah semua kebaikannya, dikatakan: ia akan dapat masuk keSurga dalam keadaan bahagia.
(Namun) jika amalnya tidak sempurna, maka nanti aku akan memerintahkan Malaikat-malaikat yang ada di Neraka, untuk menarik tangan dan kaki orang itu –saat melewati jembatan siroth- supaya di lemparkan kedalam Neraka.
(HR Al-Hakim dalam Al-Kuna, Az-Zarqoni dalam Syarah Al-Muwath-tho’ (1/601), As-Son’ani dalam “Subulus Salam” (1/347), Al-Munawi dalam kitab Taisir (3/393), di nilai jayyid oleh Imam Al-Hakim dan Imam Suyuti dalam Kitab “Jami’ul Ahadits” (10/287)).

Maroji’:
Syarhus Sunnah Karya Imam Al-Baghowi
Sunanul Kubro Karya Imam Al-Baihaqi
Khulashotul Ahkam Karya Imam An-Nawawi,
Jami’ul Ahadits Karya Imam As-Suyuti, dll

Penulis:
Lilik Ibadurrohman, S.Th.I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar